Di antara banyak jenis shalawat, terdapat shalawat yang dikenal dengan nama shalawat Lam Yahtalim. Shalawat ini dapat kita temukan di sebuah kitab yang ditulis oleh Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani yang berjudul Marāqi al-'Ubūdiyah Sharh Alā Bidāyat al-Hidāyah Li al-Imām Al-Ghazali, sebuah kitab yang menjadi atau penjelas dari kitab Bidāyatul Hidāyah karya Abu Hamid Al-Ghazali. Tulisan ini menggunakan pendekatan sejarah historical approach dan metode kajian pustaka literature review, dan metode penelitiannya berupa deskriptif dan juga naratif. Tulisan ini menjelaskan profil singkat dari Syekh Nawawi Al-Bantani yang merupakan tokoh penting munculnya shalawat Lam Yahtalim. Penelitian menghasilkan kesimpulan tentang dasar jejak historis penulisan syair yang kemudian menjadi bacaan shalawat Lam Yahtalim. Selain itu juga menjelaskan nilai religius dalam shalawat tersebut yang berisi tentang keistimewaan-keistimewaan kekhususan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. yang terkandung di dalam setiap bait demi bait. Selain itu juga menjelaskan tentang alasan dari mengapa para ulama menjadikan dan menganjurkan bacaan shalawat Lam Yahtalim tersebut sebagai bacaan untuk menghindarkan seorang Muslim dari bahaya kebakaran api, pencurian, dan bencana atau musibah yang lainnya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free KACA Karunia Cahaya Allah Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Volume 12, Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN 2252-5890; E-ISSN 2597-6664 EDITORIAL TEAM Editor-in-Chief Kusroni Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah, Surabaya Managing Editor Abdulloh Hanif Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah, Surabaya Editorial Board Muhammad Kudhori, Universitas Islam Negeri UIN Wali Songo, Semarang Mohammad Nu'man, Universitas Islam Negeri UIN Sunan Ampel Surabaya Iksan Kamil Sahri Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah, Surabaya Mohamad Anas Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah, Surabaya Achmad Imam Bashori Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah, Surabaya REVIEWERS Damanhuri UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia Mukhammad Zamzami UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia Chafid Wahyudi Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah, Surabaya, Indonesia Muhammad Endy Fadlullah IAI Ibrahimy, Genteng, Banyuwangi, Indonesia Alvan Fathony Universitas Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Indonesia Agus Imam Kharomen UIN Wali Songo Semarang, Indonesia Khairul Muttaqin IAIN Madura, Indonesia ABOUT THE JOURNAL KACA Karunia Cahaya Allah Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin diterbitkan oleh Jurusan Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah Surabaya. Jurnal ini memuat kajian-kajian keislaman yang meliputi Tafsir, Hadis, Tasawuf, Filsafat, Pemikiran Islam, dan kajian Islam lainnya. Terbit dua kali setahun, yaitu bulan Februari-Agustus. Saat ini, jurnal KACA telah terakreditasi SINTA peringkat 5, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, Nomor 200/M/KPT/2020, tanggal 23 Desember 2020, dan berlaku selama lima 5 tahun. Alamat surat menyurat Jl. Kedinding Lor 30 Surabaya 60129 Jawa Timur Indonesia Email Daftar Isi Kritik Metafisika Studi Komparatif Pemikiran Heidegger 1889-1976 M dan Suhrawardi 1154-1191 M Muhammad Arif - 1 Islam dan Media Massa Pengarusutamaan Moderasi Islam Pada Situs Abdullah Falahul Mubarok &Yoga Irama - 26 Melihat Tuhan dalam Perspektif Ilmu Kalam dan Tasawuf Abdul Munim Cholil - 49 Historisitas dan Nilai Religius Shalawat Lam Yahtalim dalam KitabMaraqi Al-'Ubudiyah Karya Syekh Nawawi Al-Bantani Moh. Ashif Fuadi & Muhammad Aslambik - 66 Istifham dalam Surah Al-Qiyamah Suatu Kajian Kebahasaan Muhamad Erpian Maulana - 80 Menelaah Ulang Kodifikasi Struktur Ayat dan Surah Al-Qur’an Rasm UthmaniAspandi Aspandi & Muhammad Sarkoni - 100 KACA Karunia Cahaya Allah Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol. 12, No. 1 Februari 2022ISSN2252-5890; E-ISSN2257-666466-79 DOI HISTORISITAS DAN NILAI RELIGIUS SHALAWAT LAM YAHTALIM DALAM KITAB MARAQI AL-'UBUDIYAH KARYA SYEKH NAWAWI AL-BANTANI Moh. Ashif Fuadi Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, Indonesia Email Muhammad Aslambik Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, Indonesia Email aslambik10 Abstrak Di antara banyak jenis shalawat, terdapat shalawat yang dikenal dengan nama shalawat Lam Yahtalim. Shalawat ini dapat kita temukan di sebuah kitab yang ditulis oleh Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani yang berjudul Marāqi al-'Ubūdiyah Sharh Alā Bidāyat al-Hidāyah Li al-Imām Al-Ghazali, sebuah kitab yang menjadi atau penjelas dari kitab Bidāyatul Hidāyah karya Abu Hamid Al-Ghazali. Tulisan ini menggunakan pendekatan sejarah historical approach dan metode kajian pustaka literature review, dan metode penelitiannya berupa deskriptif dan juga naratif. Tulisan ini menjelaskan profil singkat dari Syekh Nawawi Al-Bantani yang merupakan tokoh penting munculnya shalawat Lam Yahtalim. Penelitian menghasilkan kesimpulan tentang dasar jejak historis penulisan syair yang kemudian menjadi bacaan shalawat Lam Yahtalim. Selain itu juga menjelaskan nilai religius dalam shalawat tersebut yang berisi tentang keistimewaan-keistimewaan kekhususan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. yang terkandung di dalam setiap bait demi bait. Selain itu juga menjelaskan tentang alasan dari mengapa para ulama menjadikan dan menganjurkan bacaan shalawat Lam Yahtalim tersebut sebagai bacaan untuk menghindarkan seorang Muslim dari bahaya kebakaran api, pencurian, dan bencana atau musibah yang lainnya. Kata Kunci historis, shalawat, lam yahtalim, marāqi al-ubūdiyah Abstract One type of shalawat among so many types of shalawat, there is one shalawat known as Shalawat Lam Yahtalim. Shalawat Lam Yahtalim can be found in a book written by Sheikh Muhammad Nawawi Al-Bantani entitled Marāqi al-'Ubūdiyah Sharh Alā Bidāyat al-Hidāyah Li al-Imām Al-Ghazali, a book that became a sharah of the book Bidāyatul Hidāyah by Imam Al-Ghazali. This paper uses a historical approach and literature review methods, and the writing model of this paper will be descriptive and narrative. This paper will explain the brief profile of Shaykh Nawawi Al-Bantani where he is both important figures behind the emergence of these Historisitas dan Nilai Religus Shalawat Lam Yahtalim .. 67 KACA Karunia Cahaya Allah Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin verses of Shalawat Lam Yahtalim. The research resulted in conclusions about the basis of the historical traces of verse writing, which later became Lam Yahtalim's shalawat reading. On the other hand, also explained the religious value in the Shalawat Lam Yahtalim, which contains the privileges specificities possessed by the Prophet Muhammad contained in each temple by the temple, to explain the reason why the scholars make and recommend this Shalawat Lam Yahtalim reading as reading to prevent a Muslim from the dangers of fire, theft, and other disasters. Keywords history, shalawat, lam yahtalim, marāqi al-ubūdiyah Pendahuluan Sesungguhnya Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw. sebagai rahmat yang besar bagi seluruh alam. Beliau adalah seorang juru selamat bagi setiap insan yang beriman kepadanya dari para ahli tauhid orang-orang yang mengesakan Allah, seorang pemimpin bagi seluruh orang-orang yang beriman dan bertakwa, dan juga sebagai hujjah pembela atas seluruh makhluk. Nabi Muhammad Saw. adalah pemberi syafa'at pada hari kiamat. Allah mengutus nabi Muhammad Saw. ketika umat manusia sedang dalam masa-masa kekosongan dari kehadiran para nabi ataupun rasul, maka pada kondisi seperti itu Allah memberi petunjuk kepada kita umat manusia kepada jalan yang lurus dan terang benderang. Kemudian Allah mewajibkan bagi seluruh hamba-Nya untuk senantiasa taat kepada-Nya, serta selalu tunduk, menjaga, dan menunaikan menjalankan kewajibannya, salah satunya adalah dengan cara senantiasa bershalawat dan mengucapkan salam penghormatan yang agung kepada nabi Muhammad ulama menjelaskan bahwa termasuk diantara keistimewaan/kekhususan yang dimiliki oleh Rasulullah, bahwasannya Allah berfirman dalam al-Ahzab ayat 56 yang artinya Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya senantiasa membaca shalawat untuk Nabi Muhammad. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian sekalian kepada Nabi Muhammad dan juga ucapkanlah salam penghormatan agung kepada beliau meriwayatkan di dalam kitab sahih-nya bahwa Abu Aliyah menjelaskan tentang maksud dari shalawatnya Allah kepada Rasulullah adalah pujian untuk beliau di hadapan para malaikat, sedangkan mengenai shalawatnya para malaikat kepada Rasulullah adalah sebuah do'a Syaikh Amin bin Abdullah Asy-Syaqawi, Shalawat Kepada Nabi, Keutamaan Serta Faidahnya, ed. Eko Haryanto Abu Ziyad Islam House, 2013, 7. Ahmad Farhan Holidi and Miftahus Surur, “Memasyaratkan Sholawat Nariyah Di Bumi Nusantara,” Al-Bayan Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Hadist 2, no. 1 2019 49, Moh. Ashif Fuadi & Muhammad Aslambik Volume 12, Nomor 1, Februari 2022 68 untuk beliau. Sedangkan Ibnu Abbas menjelaskan bahwa maksud bershalawat para malaikat adalah untuk memohonkan berkah kepada sisi yang lain Ibnu Kathir menjelaskan di dalam kitab tafsir Ibnu Katsir karyanya bahwa maksud dari ayat ini adalah Allah mengabarkan tentang kedudukan dari hamba sekaligus Nabi-Nya dihadapan para penduduk langit bahwa Allah memuji Rasulullah di depan para malaikat-malaikat terdekat-Nya. Dan bahwa sesungguhnya para malaikat pun juga turut mendo'akan keberkahan dan kebaikan kepada beliau. Kemudian Allah memerintahkan kepada para penduduk bumi agar memberikan shalawat dan mengucapkan salam penghormatan agung kepada beliau agar terkumpul pujian dari penduduk langit dan penduduk bumi kepada Rasulullah. Dengan melihat beragam penjelasan tersebut di atas, tidaklah mengherankan apabila banyak di antara masyarakat yang dengan penuh kemantaban meyakini bahwasanya dengan wasilah perantara membaca shalawat bisa mengatasi berbagai problematika kehidupan yang dihadapi. Manusia secara pembawaan mempunyai sisi yang daif lemah di hadapan Tuhan sehingga membutuhan Fuyūdat al-Ilāhiyyah kucuran keberkahan dengan memperbanyak membaca shalawat. Terdapat banyak jenis shalawat nabi yang bisa dibaca oleh kaum muslimin untuk dijadikan bacaan wirid/doa harian. Di antara jenisnya adalah shalawat Nur al-Anwar, untuk mendapatkan kedudukan mulia, shalawat Badar, Shalawat Sahib al-Nasab, Munjiyat, Nariyah, shifa obat, Al Fatih, Qad Dhaqat, Nuri Dzati, Ummi, Tibb al-Qulub, Nur al-Anwar, dan lain-lain. Selain shalawat yang telah disebutkan terdapat pula shalawat lain yang bernama Shalawat Lam Yahtalim. Penyebutannya sendiri terkadang menggunakan nadzam, pujian dan syi’ir, namun sesungguhnya secara substansial itu merupakan bacaan shalawat sehingga banyak dilantunkan menjelang shalat maktubah wajib di pesantren seperti yang rutin dilakukan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Pada kesempatan ini penulis mengkaji lebih lanjut mengenai nilai historis dan nilai religius shalawat Lam Yahtalim. Shalawat Lam Yahtalim adalah sebuah nadzam yang berisi kisah dan keistimewaan-keistimewaan yang di miliki oleh Nabi Muhammad Saw. Shalawat Lam Yahtalim ini dapat kita temukan di kitab Maraqi al-'Ubudiyah Sharah Ala Bidayat Al-Hidayah Li Al-Imam Al-Ghazali karya Muhammad Nawawi b. Umar Al-Bantani Al-Jawi. Asy-Syaqawi, 8. Asy-Syaqawi, 9. Rosmha Widiyani, “15 Jenis Sholawat Nabi Dalam Arab, Latin, Dan Artinya,” Rabu, 01 Sep 2021 0800 WIB, 2021. Historisitas dan Nilai Religus Shalawat Lam Yahtalim .. 69 KACA Karunia Cahaya Allah Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Di dalam kajian penelitian ini penulis menggunakan metode historical approach pendekatan sejarah sebagai upaya untuk mengungkap kajian historis dari shalawat Lam Yahtalim. Untuk memperkokoh landasan analisisnya penulis akan menggunakan tinjauan literatur literature review yaitu suatu pendekatan yang menggunakan kajian pustaka sebagai instrumen pendukung terhadap identifikasi pertanyaan penelitian tertentu. Ketika ingin mengkaji menggunakan pendekatan literatur seorang penulis harus memverifikasi dan mengkomparasaikan berbagai jenis sumber referensi baik yang berupa karya skripsi, tesis, disertasi, buku, artikel jurnal akademik dan profesional, dan berbagai sumber lain yang relevan baik sumber primer, sekunder, dan memahami dengan baik kajian tentang shalawat Lam Yahtalim penulis akan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif mengenai profil tokoh yang melatarbelakangi lahirnya bait-bait syair tersebut. Selain mendeskripsikan mengenai profil tokoh penulis juga menarasikan menceritakan mengenai keistimewaan-keistimewaan yang ada pada Nabi Muhammad Saw., yang ada di nadzam tersebut. Profil Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani Syekh Muhammad b. Umar Al-Nawawi Al-Jawi lahir di Kampung Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, pada tahun 1230 H/1813 M dan meninggal pada 25 Syawal 1314 H/1897 M di Mekkah. Beliau merupakan seorang ulama yang berasal dari Indonesia yang namanya terkenal di luar negeri. Beliau juga menjadi seorang imam besar dan mufti di Masjidil Haram. Hal ini sebagai bukti kualitas keilmuan dan pamor beliau yang layak dikatakan bertaraf internasional. Kemudian mengenai gelar Al-Jawi adalah karena beliau lahir/berasal dari pulau Jawa, Indonesia. Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi adalah seorang ulama dan intelektual yang tergolong produktif di dalam menulis kitab. Di antara kitab yang ditulis meliputi bidang tauhid, fikih, tafsir, tasawuf, dan hadis. Jumlah karyanya mencapai kurang lebih sekitar 115 kitab. Karena kemasyhuran dan luasnya keilmuan beliau, Syekh Nawawi Al-Jawi dijuluki dengan beberapa gelar diantaranya adalah Al-Imām Al-Muhaqqiq wa Al-Fahhāmah Al-Mudaqqiq, Sayyid Ulama Al-Hijāz, Imam Ulama Ashif Fuadi, “The Historicity of Ratib Al-Haddad Tradition and Its Relevance of Priority In The Covid-19 Pandemic,” Islamic Studies Journal for Social Transformation 5, no. 2 2021 73, Amin Rois, “Studi Analisis Pendapat Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Tentang Penyelesaian Nusyuz” Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Skripsi S-1, 2009, 41. Asmuri Ismail, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Maraqiy Al-’Ubudiyah Karya Syaikh Muhammad Bin Umar An-Nawawi Al-Jawi” Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Skripsi S-1, 2017, hlm. 84. Moh. Ashif Fuadi & Muhammad Aslambik Volume 12, Nomor 1, Februari 2022 70 Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi memiliki nama lengkap Abu Abdullah Al-Mu’thi Muhammad Nawawi b. Umar Al-Tanari Al-Bantani Al-Jawi. Sumber lain menyebutkan nama lengkap beliau adalah Abu Abd al-Mu'ti Muhammad Nawawi b. Umar al- Tanara Al-Jawi Nawawi sejak masih kecil telah dididik oleh ayahnya KH. Umar untuk disiapkan agar menjadi seorang ulama’. Setelah memberikan pendidikan putranya secara langsung, KH. Umar yang profesi sehari-harinya menjadi penghulu Kecamatan Tanara menyerahkan pendidikan putra kesayangannya yakni Nawawi kepada KH. Sahal, seorang ulama’ yang namanya populer di Banten pada zaman itu. Setelah menempuh pendididkan di kampung halamannya di Banten, Kiai Nawawi muda meneruskan pendidikannya kepada ulama’ besar Purwakarta yang bernama Kiai Yusuf. Ketika beliau memasuki usia sekitar 15 tahun bersama dua orang saudaranya, Nawawi muda pergi ke Tanah Suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah musim haji usai, beliau tidak segera langsung kembali ke tanah air. Keinginan mencari dan meningkatkan keilmuan khususnya keilmuan di bidang agama Islam menjadikannya tetap bertahan di kota suci Mekkah untuk mempelajari berbagai ilmu kepada para ulama’-ulama’ besar baik yang kelahiran asli Indonesia dan yang berasal dari berbagai negeri lainnya. Menuntut ilmu kepada para ulama’ pakar yang berasal dari berbagai negeri adalah sebuah tradisi yang juga dialami dan dijalani oleh berbagai ulama’-ulama’ Nusantara lainnya seperti Imam Masjidil Haram Syekh Ahmad Khatib Sambas, Syekh Mahfudz Termas, Kiai Kholil Bangkalan, Syekh Yusuf Sumbulaweni, Abdul Ghani Bima, Syekh Nahrawi, Ahmad Zaini Dahlan, Syekh Ahmad Dimyati, Syekh Abdul Hamid Daghestani, dan Muhammad Khatib Nawawi Al-Bantani Al-Jawi hidup di dalam tradisi keagamaan Islam yang sangat kuat. Beliau lahir di Kampung Tanara, sebuah desa kecil yang terletak di kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten Sekarang di Kampung Pesisir, desa Pedaleman, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Tepatnya di depan Masjid Jami’ Syekh Nawawi Al-Bantani. Beliau memiliki nasab kepada keturunan Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati, Cirebon. Keturunan Ismail, 84. Rois, “Studi Analisis Pendapat Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Tentang Penyelesaian Nusyuz,” 45. Ismail, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Maraqiy Al-’Ubudiyah Karya Syaikh Muhammad Bin Umar An-Nawawi Al-Jawi,” 84–85. Lihat juga Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia Jakarta LP3ES, 1994, 18. Historisitas dan Nilai Religus Shalawat Lam Yahtalim .. 71 KACA Karunia Cahaya Allah Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin ke-12 dari Sultan Banten. Nasabnya melalui jalur ini sampai kepada Nabi Muhammad Saw., melalui keturunan dari Maulana Hasanuddin yaitu Pangeran Sunyaras Tajul Arusy, yang diketahui bahwa makamnya beliau hanya berjarak sekitar lima ratus meter saja dari bekas kediamannya beliau di silsilah dari Syekh Nawawi Al-Jawi jika ditinjau melalui garis keturunan ayahnya secara lengkap maka sebagai berikut Syekh Nawawi b. Kiai Umar b. Kiai Arabi b. Kiai Ali b. Kiai Jamad b. Ki Janta b. Ki Masbuqil b. Ki Masqun b. Ki Maswi b. Ki Tajul Arsyi pangeran Suryararas b. Maulana Hasanuddin b. Maulana Syarif Hidayatullah Cirebon b. Raja Amatuddin Abdullah b. Ali Nuruddin b. Maulana Jamaluddin Akbar Husain b. Imam Sayid Ahmad Syah Jalal b. Abdullah Adzmah Khan b. Amir Abdullah Malik b. Sayyid Alwi b. Sayyid Muhammad Shahib Mirbath b. Sayyid Ali Khali Qasim b. Sayyid Alwi b. Imam Ubaidillah b. Imam Ahmad Muhajir Ilallahi b. Imam Isa An-Naqib b. Imam Muhammad Naqib b. Imam Muhammad al-Baqir b. Imam Ali Zainal Abidin b. Sayyidina Husein b. Fathimah Al-Zahra bt. Muhammad jika melihat silsilah beliau dari garis keturunan ibunya maka sebagai berikut Muhammad Nawawi b. Nyi Zubaidah bt. Muhammad Singaraja b. Kiai Ali b. Ki Jamad b. Ki Janta b. Ki Masyarakat b. Ki Masnun b. Maulana Hasanuddin Banten b. Maulana Syarif Hidayatullah Cirebon b. Raja Amatuddin Abdullah b. Ali Nuruddin b. Maulana Jamaluddin Akbar Husain b. Imam Amir Abdullah Malik b. Sayyid Alwi b. Sayyid Muhammad Shahib Mirbath b. Sayyid Ali Khali’ Qosim b. Sayyid Alwi b. Imam Ubaidillah b. Ahmad Muhajir ilallah b. Imam Isa Al-Naqib b. Imam Muhammad Naqib b. Imam Ali Al Riddhi b. Imam Jafar Al Shadiq b. Imam Muhammad Al Baqir b. Sayyiduna Husain b. Fatimah Zahra bt. Muhammad Nawawi Al-Bantani banyak menghabiskan aktifitasnya di negeri Haramain, karena beliau tinggal dan menetap di Makkah sejak remaja hingga akhir hayatnya. Syekh Nawawi wafat pada usianya yang ke-84 tahun di tempat kediamannya beliau yang terakhir yaitu di kampung Syi’ib Ali Makkah. Jenazah beliau dikuburkan di pekuburan Ma’la, Makkah, di mana letak makamnya berdekatan dengan kuburan Ibnu Hajar dan Asma bt. Abu Bakar Siddiq. Beliau wafat dalam kondisi yang mulia Hidayatul Mufid, “Praktek Tasawuf Syekh Nawawi Al-Bantani” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi S-1, 2018, 34. Ismail, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Maraqiy Al-’Ubudiyah Karya Syaikh Muhammad Bin Umar An-Nawawi Al-Jawi,” 85–86. Ismail, 86. Ismail, 86–87. Moh. Ashif Fuadi & Muhammad Aslambik Volume 12, Nomor 1, Februari 2022 72 yaitu pada saat sedang menyusun sebuah tulisan yang menguraikan Minhāj Al-Tālibīn-nya Iman Yahya b. Hasan b. Husain b. Muhammad b. Jama’ah b. Hujam Historis Penulisan Shalawat Lam Yahtalim Nadzam Lam Yahtalim yang kemudian penulis istilahkan shalawat Lam Yahtalim adalah sebuah syair/nadzam yang berisi tentang berbagai keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. yang tidak dimiliki oleh manusia-manusia biasa pada umumnya. Shalawat Lam Yahtalim adalah sebuah syair pujian yang biasa dibaca oleh KH. Ahmad Dalhar Watucongol. Syair yang berisi pujian ini biasanya dibaca atau diwiridkan pada setiap selesai shalat fardu, dan seringkali dibaca setelah adzan Maghrib di waktu jeda antara adzan dan iqamah. Biasanya syair-syair pujian ini dilantunkan di mushala-mushala atau masjid-masjid. Bagi para santri di beberapa Pondok Pesantren biasanya juga sering dibaca sebelum dimulainya mengaji. Mengenai syair ini kemungkinan beliau Ahmad Dalhar Watucongol kutip dari kitab yang ditulis oleh Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, tepatnya ada di dalam kitab Marāqi al- 'Ubūdiyah Sharah Alā Bidāyat al-Hidāyah Li al- Imam Al-Ghazali. Syekh Nawawi Al-Bantani pada halaman 3 di kitab kitab tersebut menyebutkan           Artinya Belum pernah sekalipun, Taha Nabi Muhammad “bermimpi basah, Dan sama sekali Beliau tidak pernah menguap di sepanjang hayatnya Darinya, tidak lari dan belum pernah hinggap seekor lalat di tubuhnya yang bagus Sisi belakang beliau sama seperti sisi depan, yaitu mampu melihat, Dan bekas air seninya tidak terlihat meski di tempat nyata. Qalbunya tak pernah tidur sekalipun mata mengantuk, Dan bayangan tubuhnya tidak terlihat ketika disinari matahari Kedua Bahunya selalu terlihat lebih tinggi dari bahu yang lainnya ketika bermajlis, Dan Ismail, 87. AIS Nusantara, “Postingan Facebook,” 25 Agustus 2018. Historisitas dan Nilai Religus Shalawat Lam Yahtalim .. 73 KACA Karunia Cahaya Allah Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin ketika lahir terangkanlah wahai nabi yang sudah terkhitan. Keistimewaan ini hafalkanlah agar kau aman dari kejahatan api kebakaran, pencurian, dan bencana Religius dalam Shalawat Lam Yahtalim Berikut ini adalah ulasan terkait nilai-nilai yang terkandung dalam shalawat Lam Yahtalim  Artinya Belum pernah sekalipun, Taha Nabi Muhammad bermimpi basah. Dan Beliau sama sekali tidak pernah menguap di sepanjang hayatnya Di dalam kitab yang berjudul al-Anwār al-Muhammadiyah min al-Mawāhib al-Laduniyah dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. memiliki keistimewaan-keistimewaan. Penjelasan tersebut datang dari Ibnu Abbas, beliau berkata yang artinya kurang lebih sebagai berikut; Tidaklah pernah seorang nabi bermimpi basah sama sekali seumur hidupnya, karena ihtilam mimpi basah itu sesungguhnya datang dari kitab Ghāyah al-Sūl fi Khasā’is al-Rasūl dijelaskan bahwa Di antara keistimewaan Nabi Muhammad Saw. adalah tidak pernah menguap sepanjang hidupnya. Al-Khattabi mengutip dari Maslamah b. Abdul Malik b. Marwan, beliau menjelaskan bahwa seorang nabi/rasul tidak pernah menguap walau sekalipun di dalam hidupnya. Sedangkan kita pahami bahwa seorang Maslamah dia pernah bertemu beberapa sahabat Nabi dan beliau adalah sosok orang yang jujur dapat dipercaya. Mengenai perihal riwayat ini juga sebenarnya didukung dan dibenarkan oleh riwayat shahih yang memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya menguap itu datang dari setan.   Artinya Darinya, binatang tidak ada yang lari menjauh karena ketakutan/merasa tidak nyaman dan belum pernah hinggap seekor lalat di tubuhnya yang bagus. Dalam kitab Ghāyah al-Sūl fi Khashāis al-Rasūl juga disebutkan mengenai berbagai keistimewaan yang dimiliki Nabi Muhammad Saw. Di dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa Qadhi Iyadh meriwayatkan yang sanadnya diketahui sampai kepada istri Rasulullah yang bernama Aisyah, beliau berkata yang artinya Di sekitar kita terdapat binatang jinak, dan jika Rasulullah membersamai kita, maka binatang jinak itu akan tetap tenang dan tetap pada tempatnya, binatang tersebut tetap diam ditempatnya, namun akan tetapi Zentijany, “Keistimewaan Nabi Saw Dalam Nadzom Lam Yahtalim,” 2 Agustus 2016. Al-Tabari, Al-Mu’jam Al-Kabir, Juz XI Maktabah Syamilah, 225. Tim Redaksi Catatan Fiqih, “Nabi Tidak Pernah Bermimpi,” Februari 2015. Moh. Ashif Fuadi & Muhammad Aslambik Volume 12, Nomor 1, Februari 2022 74 jikalau Rasulullah pergi keluar, seketika binatang tersebut akan berlalu-lalang datang dan kitab Dalāil al-Nubuwah dikutip sebuah hadis riwayat dari Abu Hurairah, beliau berkata yang artinya “Pernah seekor serigala mendatangi Rasulullah duduk dan berjongkok di hadapan beliau Rasulullah, kemudian Serigala tersebut menggerakan ekornya. Melihat serigala tersebut Rasulullah menjelaskan kepada orang-orang yang ada ditempat tersebut, serigala ini dia adalah utusan dari kawanan serigala, yang sengaja datang untuk meminta makanan kepada kalian. Mereka orang-orang yang ada di sekitar Rasulullah kemudian menjawab “tidak, demi Allah kita tidak ingin memberikan makanan kepadanya.” Kemudian seseorang dari mereka malah justru mengambil batu dan lalu melemparinya, kemudian serigala tersebut lalu kemudian pergi menjauh sambil menyalak mengaung/menggonggong.”Terdapat beberapa kisah lain yang menjelaskan bahwa binatang-binatang, baik yang jinak maupun yang liar dapat jinak jika bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. Telah disebut juga dalam banyak riwayat, di antaranya yang disebutkan di dalam Kitab Dalail al-Nubuwah karya al-Baihaqi dan kitab al-Shifa’ bi Ta’rīf Huqūq al-Mustafa karya Qadhi Iyadh dan juga dibanyak kitab yang lainnya yang berisi tentang berbagai perihal kehidupan pribadi Nabi. Ibnu Al-Mulaqqin telah menjelaskan tentang berbagai keistimewaan-keistimewaan yang terdapat pada diri Nabi Muhammad Saw. ini dalam kitab beliau yang berjudul Ghāyah al-Sūl fi Khashais al-Rasūl. Al-Yusuf Al-Nabhani juga turut menyebutkan terkait berbagai keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh Rasulullah ini di dalam kitab karya beliau yang berjudul al-Anwār al-Muhammadiyah min al-Mawāhib al-Laduniyah. Kemudian Al-Suyuthi dalam al-Khashāish al-Kubra menjelaskan bahwasanya Qadhi Iyadh di dalam kitab beliau al-Syifa dan al-Uzfi didalam Maulid-nya dikatakan, termasuk bagian dari keistimewaan yang dimiliki oleh Rasulullah Muhammad adalah tidak pernah sekalipun ada kisah yang menjelaskan adanya lalat hinggap di tubuh beliau. Mengenai hal ini juga telah dijelaskan oleh Ibnu Sab’in yang artinya kurang lebih artinya Pakaiannya tidak pernah dihinggapi oleh lalat sekalipun.   Artinya Beliau bisa mengetahui melihat sesuatu yang ada di belakangnya seperti halnya beliau bisa mengetahui melihat sesuatu apa yang ada di sisi depannya, Dan Tim Redaksi Catatan Fiqih, “Nabi Tidak Pernah Bermimpi,” Februari 2015. Al-Baihaqi, Dalail Al-Nubuwah, Juz VI Maktabah Syamilah, 39. Tim Redaksi Catatan Fiqih, “Nabi Tidak Pernah Bermimpi,” Februari 2015. Historisitas dan Nilai Religus Shalawat Lam Yahtalim .. 75 KACA Karunia Cahaya Allah Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin bekas air seninya Rasulullah tidak terlihat meskipun berada di tempat yang nyata di permukaan bumi. Di dalam kitab al-Anwār al-Muhammadiyah min al-Mawāhib al-Laduniyah disebutkan informasi terkait keistimewaan-keistimewaan yang di miliki oleh Nabi Muhammad Saw. Kemudian Qadhi Iyadh juga menjelaskan berbagai hal terkait keistimewaan Nabi Muhammad ini dalam kitab karya beliau yang berjudul Al-Shifa’ bi Ta’rīf Huqūq Al-Mustafa. Dalam kitab Shahih Muslim juga disebutkan tentang hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, beliau berkata yang artinya Apakah kalian bisa melihat kiblatku yang ada di sini. Demi Allah, sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang tidak aku ketahui mengenai rukuk dan sujud kalian. Sesungguhnya aku Rasulullah bisa melihat kalian semua dari dalam kitab Ghayah al-Sūl fi Khasāis al-Rasūl dijelaskan tentang keistimewaan yang dimiliki oleh Rasulullah. Ibnu Al-Mulaqqin di kitab ini menyebutkan hadis dari istri Rasulullah yang bernama Aisyah RA., yang disebut oleh Ibnu Dahyah di dalam kitab al-Ayat al-Bayyināt, bahwa Aisyah berkata yang artinya Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku Aisyah melihatmu masuk ke kamar mandi, kemudian setelah itu masuk orang-orang lain setelah dirimu. Tetapi orang itu selalu tidak melihat terdapat bekas sesuatupun dari dirimu. Rasulullah kemudian bersabda Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada bumi untuk menelan apapun yang telah keluar dari para nabi. Ibnu Dahyah menjelaskan bahwa sanadnya thabit maqbul. Kemudian Al-Suyuthi juga menyebutkan bahwa jalur hadis yang ada di atas adalah jalur sanad hadis yang paling kuat jika dibandingkan dengan jalur-jalur hadits yang lain.   Artinya Qalbunya hatinya beliau tidak pernah tertidur sekalipun mata mengantuk, Dan bayangan tubuhnya tidak terlihat ketika disinari matahari. Di dalam kitab yang berjudul Ghāyah al-Sūl fi Khasāis al-Rasūl karya Ibnu Al-Mulaqqin, di jelaskan di dalam kitab tersebut tentang keistimewaan Nabi Muhammad Saw. Mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah, beliau berkata yang artinya Aku Aisyah berkata kepada Nabi Muhammad, Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum sholat witir. Kemudian Rasulullah menjawab Wahai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku bisa tertidur, tetapi hatiku selamanya tidak pernah kitab al-Anwār al-Muhammadiyah min al-Mawāhib al-Laduniyah, disebutkan mengenai keistimewaan yang di miliki oleh Nabi Tim Redaksi Catatan Fiqih, “Nabi Tidak Pernah Bermimpi,” Februari 2015. Tim Redaksi Catatan Fiqih, “Nabi Tidak Pernah Bermimpi,” Februari 2015. Tim Redaksi Catatan Fiqih, “Nabi Tidak Pernah Bermimpi,” Februari 2015. Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz I Maktabah Syamilah, 509 Moh. Ashif Fuadi & Muhammad Aslambik Volume 12, Nomor 1, Februari 2022 76 Muhammad. Mengutip dalam kitabnya al-Khashāish al-Kubra, Al-Suyuthi menjelaskan yang artinya kurang-lebih sesungguhnya Rasulullah Muhammad bayangannya tidak nampak pada terik matahari dan tidak nampak juga juga pada saat sinar rembulan. Artinya Kedua Bahunya pundaknya beliau selalu terlihat lebih tinggi dari bahu yang lainnya ketika sedaang duduk bermajlis, Dan terangkanlah/ceritakanlah bahwa ketika beliau Nabi Muhammad lahir sudah dalam kondisi terkhitan. Ibnu Al-Mulaqqin mengutip dari Ibnu Sab’in yang mengatakan bahwa salah satu dari keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. adalah tatkala beliau tengah duduk, nampak terlihat lebih tinggi dari orang-orang lain yang duduk di sekitarnya. Al-Suyuthi dalam kitabnya al-Khashāish al-Kubra juga mengutip pernyataan Ibnu Sab’in ini. Dalam Kitab Sharah Al-Muwatha’, Al-Zarqani mengatakan yang artinya, “Nabi Muhammad tatkala tengah duduk di sebuah majelis, bahunya terlihat seperti lebih tinggi dari semua orang yang tengah duduk di sekitar beliau.”Dalam al-Ausath karya Al-Tabrani, Abu Nu’aim, Al-Khathib dan Ibnu Asakir telah men-takhrij dari beberapa jalur yang berasal dari Anas dari Nabi Muhammad Saw., bersabda yang artinya Sebagian dari kemulian yang ada pada diriku yang diberikan Tuhanku adalah aku Rasulullah dilahirkan dalam keadaan telah dikhitan dan tidak ada yang dapat melihat kedua kemaluanku. Hadis dinyatakan sahih kualitasnya oleh Al-Dhiya’ dalam al-Mukhtārah. Al-Hakim di dalam kitab beliau yang berjudul al-Mustadrak menjelaskan, hadis yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad terlahir dalam kondisi telah dikhitan telah masuk ke kategori hadis-hadis yang mutawatir.  Artinya Keistimewaan beliau Rasulullah ini hafalkanlah bait tersebut, agar kamu aman dari bahaya kebakaran api, pencurian, dan bencana/musibah yang lainnya. Alasan kenapa seorang ulama berani berkata bahwa barang siapa yang menghafalkan syair-syair Lam Yahtalim maka hidupnya akan aman dari bahaya kebakaran api, bencana sebuah pencurian, dan bencara-bencana ataupun musibah-musibah yang lainnya, hal tersebut karena ulama telah mengamalkan/melakukan mujarrabāt atau telah melakukan pengujian atau berdasar pengalaman empiris pada dirinya sendiri. Hal Tim Redaksi Catatan Fiqih, “Nabi Tidak Pernah Bermimpi,” Februari 2015. Tim Redaksi Catatan Fiqih, “Nabi Tidak Pernah Bermimpi,” Februari 2015. Tim Redaksi Catatan Fiqih, “Nabi Tidak Pernah Bermimpi,” Februari 2015. Historisitas dan Nilai Religus Shalawat Lam Yahtalim .. 77 KACA Karunia Cahaya Allah Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin tersebut sebenarnya tidak mengapa untuk di sampaikan, bahkan sudah banyak sahabat yang melakukan hal semacam itu. Habib Muhammad Al-Habsyi menjelaskan di sebuah kanal YouTube miliknya bahwa Khudaifah b. Al-Yaman mengatakan bahwa shalawat seperti shalawat Lam Yahtalim kepada nabi bermanfaat baik kepada pembaca, anaknya, atau bahkan cucunya yang membaca shalawat. Hal seperti shalawat itu tadi berarti mujarrabat berdasarkan pengalaman mereka, terlebih memahami keistimewaan-keistimewaan kekhususan yang ada pada diri nabi ini maka akan bermanfaat bagi kehidupan kita sebagai seorang muslim, baik untuk kehidupan dunia dan juga kehidupan di akhirat Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa shalawat Lam Yahtalim yang terdapat di dalam kitab karya Imam Nawawi Al-Bantani yang berjudul Maraqil 'Ubudiyah Sharh Ala Bidayat al-Hidayah Li al-Imam Al-Ghazali ini adalah salah satu shalawat yang diamalkan oleh umat Islam di Indonesia. Syekh Nawawi Al-Bantani menuliskan syair Lam Yahtalim di kitab beliau Maraqi al-Ubudiyah tepatnya di halaman ketiga. Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita pahami pula bahwa shalawat Lam Yahtalim adalah sebuah syair yang menjelaskan tentang keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. Keistimewaan tersebut adalah bahwa Nabi Muhammad tidak pernah bermimpi basah, tidak pernah menguap di sepanjang hayatnya, binatang tidak ada yang lari takut/menjauh, tidak pernah dihinggapi lalat, dapat melihat/mengetahui sisi belakang sama seperti melihat sisi depan, dan bekas dari air seninya tidak terlihat. Keistimewaan lain adalah bahwa hati Nabi Muhammad Saw. tidak pernah tidur sekalipun mata terpejam, bayangan tubuhnya tidak terlihat ketika disinari matahari, kedua bahunya selalu terlihat lebih tinggi dari bahu yang lainnya ketika duduk, dan yang terakhir adalah bahwa ketika lahir sudah dalam kondisi terkhitan. Keistimewaan ini oleh para ulama dianjurkan untuk dihafalkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat merasa aman, baik dari kejahatan api kebakaran, pencurian, dan bencana lain. Ustadz Muhammad Al-Habsyi, “Mengenal Rasulullah Lebih Dekat - Penjelasan Nadhom Lam Yahtalim - Habib Muhammad Al-Habsyi,” Youtube 30 November 2020, Sebagai perbandingan lihat keutamaan wirid Ratib al-Haddad dalam menghadapi bencana, Fuadi, “The Historicity of Ratib Al-Haddad Tradition and Its Relevance of Priority In The Covid-19 Pandemic,” 88. Al-Habsyi, “Mengenal Rasulullah Lebih Dekat - Penjelasan Nadhom Lam Yahtalim - Habib Muhammad Al-Habsyi.” Moh. Ashif Fuadi & Muhammad Aslambik Volume 12, Nomor 1, Februari 2022 78 Daftar Pustaka AIS Nusantara. “Postingan Facebook.” 25 Agustus 2018, Al-Baihaqi. Dalail Al-Nubuwah. Juz VI. Maktabah Syamilah, Al-Habsyi, Ustadz Muhammad. “Mengenal Rasulullah Lebih Dekat - Penjelasan Nadhom Lam Yahtalim - Habib Muhammad Al-Habsyi.” Youtube 30 November 2020, Al-Thabari. Al-Mu’jam Al-Kabir. Juz XI. Maktabah Syamilah, Asy-Syaqawi, Syekh Amin b. Abdullah. Shalawat Kepada Nabi, Keutamaan Serta Faidahnya. Edited by Eko Haryanto Abu Ziyad. Islam House, 2013. Aulia, Martin. “Relavansi Pemikiran Al-Ghazali Terhadap Pendidikan Karakter Akhlak Di Era Sekarang Globalisasi.” Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Skripsi S-1, 2017. Azgi. “Merawat Tradisi Dan Khazanah Dengan Lam Yahtalim.’” 02 Maret 2013, Dahlia, Eis. “Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Al-Ghazali.” Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Skripsi S-1, 2017. Danial Farizul Muttaqin. “Mengenal Kitab Pesantren 30 Bidayatul Hidayah Kitab Panduan Hidup Segala Zaman.” Jumat, 28 Agustus 2020, Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta LP3ES, 1994. Fuadi, Moh. Ashif. “The Historicity of Ratib Al-Haddad Tradition and Its Relevance of Priority In The Covid-19 Pandemic.” Islamic Studies Journal for Social Transformation 5, no. 2 2021 75–90. Hadzami, Muhammad Syafi’i. Majmu’ah Tsalatsa Kutub Mufidah. Jakarta Maktabah al-Arba’in, 2006. Holidi, Ahmad Farhan, and Miftahus Surur. “Memasyaratkan Sholawat Nariyah Di Bumi Nusantara.” Al-Bayan Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Hadis 2, no. 1 2019 48–69. Ismail, Asmuri. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Maraqiy Al-’Ubudiyah Karya Syekh Muhammad B. Umar Nawawi Al-Jawi.” Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Skripsi S-1, 2017. Mufid, Hidayatul. “Praktek Tasawuf Syekh Nawawi Al-Bantani.” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi S-1, 2018. Muslim, Imam. Shahih Muslim. Juz I. Maktabah Syamilah, Paryono. “Konsep Pendidikan Akhlak Imam Al Ghazali Studi Analisis Kitab Ihya’ Ulumuddin.” Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Skripsi S-1, 2014. Rois, Amin. “Studi Analisis Pendapat Syekh Muhammad Nawawi Al- Historisitas dan Nilai Religus Shalawat Lam Yahtalim .. 79 KACA Karunia Cahaya Allah Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Bantani Tentang Penyelesaian Nusyuz.” Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Skripsi S-1, 2009. Syahidalloh, Qurrota. “Pendidikan Akhlaq Al-Karimah Dalam Mencari Ilmu Perspektif Imam Al-Ghazali.” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Skripsi S-1, 2015. Tim Redaksi Catatan Fiqih. “Nabi Tidak Pernah Bermimpi.” februari 2015, Widiyani, Rosmha. “15 Jenis Sholawat Nabi Dalam Arab, Latin, Dan Artinya.” Rabu, 01 Sep 2021 0800 WIB, 2021. Zentijany. “Keistimewaan Nabi Saw Dalam Nadzom Lam Yahtalim.” 2 Agustus 2016, ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Farhan Holidi Miftahus SururThe tradition of reading the Nariyah prayer individually and in congregation has taken root in the midst of the community especially in Situbondo district, in every corner of the city and remote villages even though every day is not empty from reciting the 4444 shalawat nariyah individually and in congregation, so that Situbondo district is the term "BUMI SHALAWAT NARIYAH". At first Jam'iyah this prayer was commanded by KH Ahmad Sufyan Miftahul Arifin Situbondo and KH Muhammed bin Imam Gunungsari Madura then continued by his students both namely KHR Moh Kholil As'ad Syamsul Arifin he was the son of KH As' ad the mediator in the formation of Jam'iyah Nahdhatul Ulama NU as well as the Indonesian National hero. And today the recitation of the Nariyah prayer has spread widely in various regions, in East Java, Bali, Kalimantan, DKI Jakarta, DIY Yogyakarta to foreign countries such as Malaysia and Singapore all thanks to the help of Allah SWT with the hope that Allah will flow to us all drop by drop from the ocean of God's grace which was bestowed upon the Prophet Rasulullah Lebih Dekat -Penjelasan Nadhom Lam Yahtalim -Habib Muhammad Al-HabsyiUstadz Al-HabsyiMuhammadAl-Habsyi, Ustadz Muhammad. "Mengenal Rasulullah Lebih Dekat -Penjelasan Nadhom Lam Yahtalim -Habib Muhammad Al-Habsyi." Youtube 30 November 2020, Pemikiran Al-Ghazali Terhadap Pendidikan Karakter Akhlak Di Era Sekarang GlobalisasiMartin AuliaAulia, Martin. "Relavansi Pemikiran Al-Ghazali Terhadap Pendidikan Karakter Akhlak Di Era Sekarang Globalisasi." Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Skripsi S-1, Tradisi Dan Khazanah Dengan 'Lam YahtalimAzgiAzgi. "Merawat Tradisi Dan Khazanah Dengan 'Lam Yahtalim.'" 02 Maret 2013, Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Al-GhazaliEis DahliaDahlia, Eis. "Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Al-Ghazali." Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Skripsi S-1, Kitab Pesantren 30 Bidayatul Hidayah Kitab Panduan Hidup Segala ZamanDanial Farizul MuttaqinDanial Farizul Muttaqin. "Mengenal Kitab Pesantren 30 Bidayatul Hidayah Kitab Panduan Hidup Segala Zaman." Jumat, 28 Agustus 2020, Historicity of Ratib Al-Haddad Tradition and Its Relevance of Priority In The Covid-19 PandemicMoh FuadiAshifFuadi, Moh. Ashif. "The Historicity of Ratib Al-Haddad Tradition and Its Relevance of Priority In The Covid-19 Pandemic." Islamic Studies Journal for Social Transformation 5, no. 2 2021 75-90. Maktabah al-Arba'inMuhammad HadzamiSyafi'i. Majmu'ah Tsalatsa KutubMufidahHadzami, Muhammad Syafi'i. Majmu'ah Tsalatsa Kutub Mufidah. Jakarta Maktabah al-Arba'in, IsmailIsmail, Asmuri. "Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Maraqiy Al-'Ubudiyah Karya Syekh Muhammad B. Umar Nawawi Al-Jawi." Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Skripsi S-1, Tasawuf Syekh Nawawi Al-BantaniHidayatul MufidMufid, Hidayatul. "Praktek Tasawuf Syekh Nawawi Al-Bantani." Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi S-1, 2018.

lam yahtalim beserta artinya